Bekerja Keraslah Semampu yang Ibu Suka...

Ketika masih bekerja dulu, saya termasuk jarang pulang kampung ketempat Ibu. Hehe..panggilan Ibu ini bukan panggilan yang umum, dulu semasa kecil panggilan Ibu di kampung hanya cocok untuk keluarga priyayi, guru, pegawai dll..

Hingga sekarang saya memanggil beliau Ma’e atau Mbo’e, panggilan yang terakhir ini sebenernya enggak umum di kampung saya, yang lingkungannya berdialek Banyumasan, dan panggilan untuk ibu yang umum adalah “mboke” pakai huruf “k” yang medok, sedangkan saya bukan pakai “k” tapi pakai tanda pepet.

“Mbo’e” adala panggilan untuk ibu yang umum dipakai di daerah Purworejo, Jogja, Solo dan sekitarnya, yang terkenal pakai bahasa “Bandekan”.

Tempat kelahiran saya memang di kawasan karesidenan Banyumas, tapi orangtua dan tetangga-tetangga di kampung saya, berasal dari Purworejo, yang seratusan tahun yang lalu merantau ke Pegunungan Karangkobar sebagai saudagar, bedol desa dari Daerah Kabupaten Purworejo membuka kampung sendiri di Karangkobar, Banjarnegara.

Karena 90% semuanya pedagang yang merantau dari Purworejo, maka kampung saya ketika lahir dulu namanya kampung Sudagaran. Ibuku asli Karangkobar tapi dari bagian pelosok desa, namanya Binangun.

Hehehe..kok jadi cerita sejarah ya..saya hanya pengin nerangin kenapa saya memanggil Ibu saya Mbo’e dan bukan Mboke, atau Ibu.

2 Hari yang lalu saya pergi ke sahabat saya sejak SMA dulu , yang sering saya sebut Maestro-nya Sapi, namanya Handoko (Siapa temen saya ini pernah saya ceritakan dulu tahun 2006, dan postingannya ada di LINK INI : Akhirnya Sang Sufi Turun Gunung-1)

Saya lagi berangan-angan lagi untuk memelihara sapi entah kapan waktunya dan langkah awalnya saya mulai dari latihan menanam rumput, dan bibit rumput yang bagus saya minta ke Handoko ini, yang kakaknya memiliki padang rumput luas banget buat sapi-sapinya, nama rumputnya dikampung terkenal dengan namana “King Grass” jenis rumput gajah, rumput yang paling disukai sapi.
Habis cari rumput kami diskusi yang topiknya sangat menarik, makanya saya tulis disini, dan inilah inti dari tulisan saya “Orang tua lebih baik bekerja atau diam di rumah..?”

Meski bukan saudara sedarah, antara keluarga saya dan kelaurga Handoko ini sudah deket sekali, hingga ibunya sudah seperti Ibu saya sendiri, dan saya sering memanggilnya emak. Hingga saat ini, meski cucunya sudah kuliah tingkat 2, beliau masih jualan grosir sembako yang cukup besar di pasar Karangkobar.

“Nyong kawit miyen ora tau melarang mae nyong kerja padahal mae mlakune bae angel, awit lara flu tulang miyen, apamaning saiki wes sangsaya tua, tapi selama mae isih semangat dan karep kerja tetep tak dukung, tekan saiki mae isih kerjasama bagi hasil karo nyong (saya dari dulu enggak pernah melayang ibu saya kerja, padahal ibu jalannnya saja susah, sejak sakit flu tulang dulu, apalagi sekarang sudah semakin tua. Tapi selama Ibu masih semangat dan memiliki keinginan kuat untuk bekerja saya tetap mendukung, dan sampai sekarang saya dan ibu ada kerjasama dan sistimnya bagi hasil)” Kata Handoko.
“Malah Adik-adik perempuan saya yang protes, dan mengatakan saya semena-mena dengan Ibu dan memperbudak orang tua katanya, tapi saya malah ngomong sebaliknya justru karena saya sayang orang tua-lah saya menyuruh ibu tetep bekerja. Fisik tetap bergerak, pikiran terus terpakai, dan inilah cara yang baik menurut saya agar beliau tidak cepat pikun dan semoga dengn dan dengan seijin Allah, cara ini justru memperpanjang usia beliau” Kata Handoko lagi.

“Kowe bener Han (kamu betul Han)” kata Ibu saya..“Dulu, Toro (Panggilan nama saya di kampung), Amak (Panggilan untuk kakak saya Edi Santosa), Yoyok (Adik saya) berulang kali melarang saya bekerja" Kata Ibu mulai bercerita,

"Kebutuhan ibu untuk sehari-hari berapa, buat makan, jalan-jalan dan sebagainya dihitung, dan nanti akan dikasih oleh mereka, anak-anak secara patungan, dan saya diminta diam saja dirumah"

"Saya seneng sekali mereka ngomong begitu, tapi kenyataanya enggak mudah loh...saya lebih seneng ke pasar, meskipun jualan sepi misalnya, dingin, hujan angin dan sebagainya, daripada dirumah diem, nonton tv, nungguin cucu, tidur,...justru itu membuat badan saya pegel-pegel dan dan enggak enak” Kata Ibu.“Ibu punya temen yang biasa bareng-bareng jualan di pasar, anaknya sekarang jadi pengusaha sukses, kaya, begitu sayangnya sama ibunya sang Ibu yang sudah tua diminta untuk tidak pergi ke pasar lagi." Pandangan ibu terlihat menerawang

"Padahal sang Ibu meski sudah tua masih tetep sehat, disuruh dirumah, di jagain perawat khusus, dan Los tempat beliau berjualan di pasar di jual ke orang lain dengan maksud agar sang ibu bener-bener enggak bisa ke pasar lagi"

"Apa akibatnya...sekarang temen ibu itu malah linglung...kadang perawatnya tahu-tahu kehilangan dia, dan ketemu-ketemu sudah di pasar...subhanallah...kasihan sekali..” Kata Ibu sambil berkaca-kaca...
“Itu contoh baik bagi kita-kita yang orangtuanya pada kerja di pasar, lah kalau orangtua biasa jadi pegawai gimana ya..?” Kata saya memancing diskusi lagi..

“Nha itulah yang ibu enggak ngerti...mungkin mereka punya keastikan tersendiri, yang punya kebun ya bisa ke kebun, ikut-ikut acara amal/sukarelawan, mengunjungi anak-anak, main ke cucu, tapi ya emang kalau anak-anak dikunjungi paling senengnya sehari dua hari selebihnya bingung mau kemana mau ngapain...” kata ibu yang dulu kalau main ke Jakarta semangat 45 mau semingg or dua minggu, tapi nyatanya pagi tiba sore sudah cari-cari jadwal pulang..hehehe...

“Ada temen ibu yang lain, yang kalau di pasar tempat jualannya di samping Ibu persis, si Ibu ini Janda kaya raya dan gak punya anak, tabungannya aja ada kalau 500-1 Milyaran kali, tapi ya tetep ke pasar..lha dirumah mau ngapain, suami sudah enggak ada, jadi kadang jualanya kayak main-main, beli barang 100 misalnya kadang saya ambil dan saya bayar 90 beliau mau saja meski sambil misuh-misuh..cah edan kamu..” kata Ibu sambil tertawa...
“Besok kalau dia mati, dia akan hibahkan hartanya ke Masjid katanya..” Lanjut Ibu..

Seru ya...obrolan ini, dan saya teringat ketika saya di Jepang dulu. Disana meski sudah jadi nenek-kakek, mereka tetep pada bekerja. Bersih-bersih kaca stasiun, jadi team pembersih kamar-kamar di hotel atau asrama-asrama, menjadi team kebersihan di taman-taman kota....padahal kadang saya lihat sudah ada yang bungkuk-bungkuk segala...sementara di Indonesia susah nyari orang bungkuk, karena sebelum bungkuk sudah pada meninggal....hehehe...jadi kayaknya memang ada relasi antara aktivitas dan harapan hidup ya..

So saya kepada anda para pembaca blog ini, apapun hebatnya posisi keuangan dan kemapanan anda sekarang, kalau orangtua anda memang masih memiliki keinginan untuk beraktivitas yang produktif menurut mereka biarkan saja...
  • Meski anda eksekutif muda yang sukses, enggak usah malu, dan biarkan Ibu anda tetap berjualan baju bekas...seperti ketika anda miskin dahulu.
  • Biarkan tubuh renta ayah anda tetep memanggul jualan bakso atau mendoraong gerobak keliling kalau memang beliau masih mau.
  • Berilah ayah anda modal untuk buka bengkel sepeda atau radio tua kalau ayah anda memang punya hobi kotak-katik sepeda atau radio tua...
  • Biarkan Ibu anda dengan kebaya tuanya tetap ke kebun dan pulang memanggul kayu bakar, tidak usah diganggu aktivitasnya dengan memberikan setumpuk uang diatas meja dan meminta ibu anda dirumah saja...
  • Biarkan ayah anda menjadi sopir jemputan anak-anak sekolah kalau memang beliau masih menghendakinya, meski jabatan anda adalah presdir di perusahaan mulitnasional..
  • Belilah mobil tua, dan biarkan orang tua anda asyik mengotak-atik menyalurkan hobinya, biarkan beliau bernostalgia seperti ketika masih muda..
“Berbakti kepada orang tua adalah urusan anak , orang tua dan Sang Pencipta, tidak usah mendengar suara orang lain, yang mereka kadang akan menilai kamu begini begitu"

"Berbakti pada orang tua identik dengan memberinya segala sesuatu yang membuat beliau cukup anteng dirumah dan segala sesuatu yang diinginkanya nya sudah berada didekatnya, dan mereka akan menganggap durhaka hanya karena kamu membiarkan orang tuamu yang sudah renta tetep bekerja"

"Biarkan saja apa kata mereka....dan membiarkan orangtuamu beraktivitas seperti keinginan yang mereka suka itulah tanda bahwa kamu berbakti kepadanya...kadang terbolak-balik ya...” kata Ibu..


Ibu...selama ibu masih suka, bekerja keraslah semampu yang Ibu suka...semoga Allah memanjangkan umurmu dan makin barakah usiamu..Amiin.....

Semoga Anda terinspirasi...

Salam Hangat.

Hadi kuntoro
http://rajaselimut.com
http://hadikuntoro.blogspot.com

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Subhanallaah.....saya jadi inget kampung nih pak..rumah orang tua saya yang hanya 5 kilometer dari tempat pak hadi dan kelewatan pak hadi kalau menuju rumah pak ndoko membawa kenangan indah masa kecil...terima kasih sudah mengingatkan saya untuk tidak mengekang "ma'e" saya beraktifitas..."matur nembah nuwun pak Toro!"

firdaus wanayasa

- mengatakan...

dulu almarhum emak saya juga tetep jualan di pasar Mas, meski kami dan kakak-kakak siap menaggung biaya hidupnya. Tapi belaknagn kami sadar, bahwa membiarkan ortu bekerja itu memang terapi yang sehat. Sayang Beliau sudah berpulang. Nah sekarang Bapak mertua saya di usia 71 tahun masih aktif ngajar, ngisi pengajian di mana-mana. Saya salut dengan kedisiplinan Beliau. Kayaknya kejaan Beliau sesuai banget sama passion nya kali ya.

Salam Sukses Mas
Winarto Rachmat