September 17, 2007
Renungan seorang ayah..
"Tidak mau mandi sama Ibu, maunya sama ayah..!" teriak gadis2 kecil yang masih TK nol kecil & play group itu, ketika bapaknya ada di antara mereka.
Mereka barangkali merasa senang, karena kalau mandi bersama ayahnya bisa bebas bermain sampo yang di jadikan busa untuk menyabuni badan mereka sampai sampo habis, tidak dilarang memakai sabun mandi kesayangan ibunya untuk main cuci-cucian baju2 mereka, bahkan mereka boleh menggelontor saluran penguras kamar mandi, agar ruang kamar mandi jadi kolam renang, dan tidak perlu mengindahkan ibunya yang marah dan menggedor-gedor pintu kamar mandi karena air kamar mandi meluap dan menggenangi ruang tamu kecil kami..
Dan mandi bersama ayahnya, tidak ada pakem bahwa mandi harus di kamar mandi. Boleh di teras rumah, sambil mencuci motor yang tentu saja terlalu bersih dan wangi karena tangan2 kecil itu menghabiskan menuangkan Shampo kebanggan ibunya, agar jadi bintang seperti di TV, ke ember dan di campur2 sabun colek, dan sesekali juga menyabuni badan mereka. Kadang boleh mandi di halaman berjam-jam dan tidak mempedulikan ibunya teriak disuruh stop karena badan dan bibir sudah membiru kedinginan. "Kan kata bapak nggak apa2 kok...."
Dan satu alasan besar lagi yang membuat mereka lebih seneng mandi dengan ayahnya, yakni tidak ada paksaan mulut2 kecil mereka digosok kanan kiri dengan sikat gigi sama ibunya, tapi mereka boleh menyikat gigi sendiri, yang sebenernya tidak menyikat gigi karena hanya menjilat-jilat pasta dan menelannya karena manis katanya...
"Sudah sikat gigi belum..."Sang ibu selalu curiga kalau mereka mandi dengan ayahnya
"Sudah....sama Bapak" kata mereka
Tidak mau pakai dipakai-in baju sama Ibu, maunya sama bapak..! Itu teriakan episode selanjutnya, tidak mau pakai baju dengan sanga Ibu, karena dengan sang ayah mereka bebas pakai baju apa saja yang tidak perlu matching-matchingan...bawah celana trainning, atasnya pakai baju penganten yang kayak berbie....boleh...pakai kaos yang sama seperti ketika sebelum mandi, karena itu kaos keyangan juga nggak apa...nanti menjelang tidur diganti juga bisa...kataku yang kedang berdebat dengan istri..
Dan saat perpisahan tiba..., karena esok sudah senin lagi adalah saat yang paling tidak menyenangkan. Adalah ketika waktu tidur minggu malam tiba...
Menjelang tidur, sering terdengar mulut kecil itu berbisik dan berharap ketika matanya akan segera terpejam...
"Ayah kerjanya dirumah saja, kayak mamah..."
"Oke..doakan ayahnya bisa kerja dirumah ya..." bisikku.
Mereka tidak sadar, bisikan mereka bener2 sanggup membuat dada ini sesak...ada perasaan sedih bercampur haru ...karena teringat esok pagi mereka akan bangun ketika ayahnya sudah bekerja, dan mereka sudah tertidur ketika ayahnya pulang kelelahan sore harinya..kalaupun kadang ada waktu 1-2 jam bersama mereka, itu bukan saat yang baik memandikan mereka lagi......
Dan saat ini, perasaan sedih itu sebenernya lebih hebat lagi, pertemuan itu hanya terjadi 2-3 pekan sekali....
Diantara pembaca apakah ada Ayah yang merasakan seperti ini...?
Atau malah anda seorang ibu yang juga "terpaksa" seperti ini..?
Berdoalah bersama kami agar kita segera full TDA, punya bisnis sendiri enggak usah kerja sama orang lain, karena masa kecil mereka hanya sekali seumur hidupnya...
Hadi Kuntoro
www.sehatway.com
4 komentar:
Pak hadi..hiks..haru banget baca postingan ini. Semoga cepat-2 diberi jalan supaya bisa ngumpul dengan keluarga di Wonosobo ya pak :)
Amin.
Salam,
Doris Nasution
Beberapa tahun lalu saya mempunyai pengalaman yang sama dengan Pak Hadi.Saya di Jakarta, anak-anak sama Bundanya di Bandung. Betul Pak, malam Senin betul-betul malam yg menyedihkan. Apalagi saat mengantar anak-anak tidur. Menjelang tidur selalu yg ditanyakan adalah "Besok Ayah ke Jakarta ya?", atau "Kapan Ayah gak usah ke Jakarta lagi?". Kalau sudah begitu yg ada tenggorokan saya tercekat seperti ada sekam. Tapi it's all over Pak. Sekarang saya bisa bekerja dari rumah. Ke Jakarta untuk urusan bisnis tinggal atur waktu, dan biasanya tdk perlu menginap. Momen yang paling saya suka sekarang adalah saat2 anak saya pulang sekolah, dan menyapa saya. Indaaaah sekali Pak. Hehehe sori Pak, commentnya kepanjangan. Semoga cerita saya "ngiming2i" Pak Hadi supaya cepat ngumpul dengan puteri2 nya lagi.
Iya pak Hadi, saya bisa ikut merasakan, selama 3 tahun hampir 2 minggu sekali saya mondar-mandir jkt-mgl(muntilan). Baru kumpul sebentar sudah pisah lagi, malah tambah jauh di benua lain. Semoga bisa lekas bersatu kembali. Kedepan,Bisnis tetap runing walau mas Hadi berada di bawah gunung Sindoro dan kumpul bersama keluarga (semoga)...amin.
hiks..hiks..tak terasa mata saya berkaca kaca membaca tulisan pak Hadi..Kebetulan hari ini hari minggu, nanti malam adalah hal yang terberat buat saya karena sebulan kedepan agenda kerja sudah full dan setiap akhir pekan sudah pasti tak ada di rumah krn tugas keluar kota. Kerja di perusahaan multinational sepertinya memang harus seperti robot tak punya hati.
Kalao sudah pulang ke rumah hanya sempat gendong anak saya umur setahun hanya 30 menit krn badan sudah capek sekali dan pikiran juga mumet.Itupun kalo dia blom tidur krn saya pulang kerja rata rata jam 10 malam.
Ya Allah tunjukkanlah jalan untuk menjadi TDA full.Saya sudah bertekad untuk keluar kerja, namun istri malah marah krn anak kedua akan lahir 4 bulan lagi. Usaha yg kami rintis blum cukup untuk menghidupi kebutuhan rumah tangga.
Semoga kami bisa mengikuti jejak pak Hadi dan kawan-kawan TDA yang sdh sukses lainnya agar saya juga bisa merasakan indahnya memandikan anak di sore hari dan mengajari mengaji setelah maghrib. Amien..
suharjo nugroho
http://mutipaw.multiply.com
www.anakbunda.com
Posting Komentar