Salah satu Blog yang postingan2nya sering-sering saya nantikan adalah Blog-nya Pak Fauzi Rachmanto dari Bandung, karena banyak makanan2 yang bergizi disana.
Ikutilah tulisan beliau Insya Allah banyak hal2 yang very2 inspiring untuk jadi bahan renungan...
Salam Hangat
Hadi.K
===========================
Pada waktu meeting, saya sering mendapat kritik darikaryawan saya. Biasanya tentang cara saya menjalankanperusahaan. Terus terang saya kesal. Coba bayangkan,saya yang sudah belasan tahun di bisnis IT, yangmerupakan pendiri sekaligus pemilik perusahaan, masadi ajarin bagaimana mengelola perusahaan sama “anak kemaren sore” yang baru kerja 3 tahun. Yang makan dari gaji yang saya bayarkan lagi. Apa gak kesal. Tahu apa mereka soal usaha yang saya bangun dengan susah payahini. Jadi ketika mendengar kritik dari karyawan saya,meskipun wajah saya tetap tersenyum danmanggut-manggut, dalam hati saya kadang geram juga.Awas aja lu, gw pecat. Begitu kadang saya membatin.
Kritik yang lain kadang saya terima dari pelanggan.Ini lebih menyebalkan lagi. Pelanggan memberikan kritik lebih tajam dan tanpa tedeng aling-aling. Kalau karyawan masih ada takut2nya, nah kalau pelanggannggak ada takutnya sama sekali. Wong mereka yang bayarsaya. Jadi meskipun pilihan kata nya menyakitkan, sayaterpaksa harus tetap tersenyum dan bilang “ya pak, yapak, ya pak” terus. Persis CD rusak. Apa lagi kalauyang mengkritik itungan nya masih junior. Wah,kebanggaan diri saya langsung kena. Kurang asem,diceramahin sama keroco nih. Gak tau apa saya iniowner. Demikian kadang saya membatin.Mungkin saya memang tidak tahan kritik. Dalam teskepribadian yang pernah saya ikuti, saya ini tergolongtipe dominan. Salah satu ciri nya ya ini, saya sensisekali dengan kritik.
Bukan pembenaran, tapi kesal karena di kritik menurutsaya manusiawi. Namanya manusia, ingin nya yaperbuatannya dipuji orang lain. Pastinya kesal ataubahkan marah kalau perbuatannya disalahkan pihak lain.Apalagi kalau di kritik oleh orang yang menurut kitatidak lebih pandai dari kita. Siapa lu, ngritik gue? Mungkin demikian perasaan kebanyakan orang.
Meskipun kesal, namun saya tidak pernah marah kalau dikritik. Malah biasanya saya diam saja. Bukan apa2,saya sadar kok kalau kritik itu bermanfaat buat saya.Bahkan, jujur saja, saya memulai usaha saya dulukarena kritik. Ceritanya begini. Dulu sejak masih jadi karyawan memang saya sudah senang membicarakan berbagai peluang usaha. Karena saya bekerja diperusahan IT, biasanya ide usaha yang saya lontarkanmasih seputar bisnis IT.
Ide-ide usaha ini biasanya saya sampaikan dan diskusikan dengan kawan-kawan dekatsaya. Suatu hari saya sedang asyik menyampaikan suatuide usaha di sebuah kafe dengan seorang teman. Teman tadi tiba2 mengambil buku saku, membuka nya dangeleng-geleng kepala sambil tersenyum. Kenapa? Tanya saya. Setengah mencibir dia berkata, bahwa saya punyalebih dari 30 ide bisnis (dia mencatat semua), dantidak ada satu pun yang sudah saya jalankan. Plak!Rasanya saya seperti ditampar.
Saya waktu itu memang tipe pemikir. Bukan pelaku. Danide usaha yang saya “telor” kan ternyata cukup banyak.Saya sampai terkaget-kaget. Dan ironisnya, tidak satupun yang saya jalankan. Saya asli omdo (omong doang)dan nato (no action think only). Kritik ini yangmembuat saya malu sama teman saya, dan akhirnyamencoba merealisasikan salah satu ide bisnis sayatadi. Dan jadilah saya seorang pengusaha.
Jadi kritik meskipun menyebalkan, tapi buat sayaperlu. Bahkan pujian malah membuat kita terlena, danlupa memperbaiki diri. Sementara kritik akan menggugahkita dan membuat kita menjadi lebih baik. Ya, tapi kanharus “kritik yang membangun” . Tidak juga. Kritik yakritik, mau disampaikan setajam pisau silet atau yanglunak enak di telinga, itu terserah pengkritik.“Membangun” nya itu terserah kita. Pilih mana? Kritikpedas yang membuat hidup Anda berubah total menjadilebih baik, atau kritik setengah hati, yang membuatAnda tidak berubah dari keadaan sekarang? Ya, tapitolong kritik disampaikan dengan solusi. Ini jugatidak wajib. Kritik ya kritik, terserah pengkritiknya. Solusi nya terserah kita. Apalagi orang-orangyang suka mengkritik biasanya memang gak bakatmemikirkan solusi. Coba saja tanya orang-orang yangsuka demo. Pasti tidak bisa memberikan solusi konkret.Biarkan saja. Mari kita belajar memikirkan solusi nyasendiri. Jadi nya kan yang makin pinter kita.
Pelaku itu ibarat pemain bola, dan peng-kritik ituibarat penonton. Dua-dua nya perlu. Pertandingan bolatanpa penonton ya gak seru. Penonton tanpa ada pemainbola, mau nonton apa?
Karena sensi sama kritikan. Saya jadinya termasukmalas meng-kritik. Pertama, karena saya memang gak bakat ngasih kritikan. Kata orang saya kalau mengkritik malah jadi kaya orang marah-marah, padahal maksud saya bukan begitu, jadinya suka bikin salah paham. Daripada salah paham, lebih baik saya menyampaikan sesuatu yang baik, atau diam.
Kedua, saya sedang mencoba belajar menerapkan prinsip“non-judgement” . Prinsip ini saya pelajari dari Deepak Chopra dalam “7 Spiritual Laws of Success”. Inti nya,belajar untuk tidak “menghakimi” peristiwa, kejadian,maupun orang. Karena keterbatasan kita sebagaimanusia, sesungguhnya kita tidak tahu “big picture”dari peristiwa yang kita hakimi tadi. Siapalah kitaini menghakimi peristiwa yang sudah digariskan YangMaha Tahu. Apalagi menghakimi kesempurnaan ciptaanYang Maha Sempurna. Saya tidak berani.
Lantas bagaimana kalau saya lagi kesal sama orang,atau ada peristiwa yang menurut saya tidak benar? Daripada menyampaikan kritik saya lebih suka makankeripik. Ok .. Ok .. Ok .. Kesan nya “maksa” ya? Tapiini beneran. Saya suka sekali makan keripik kentang(yang rasa plain), atau keripik singkong (yang plainjuga). Rasa nya renyah dan keasyikan mengunyahnya bisamelupakan saya untuk mengkritik.
Tulisan ini menyebalkan Anda? Anda ingin mengkritik?Silakan … silakan, sampaikan kritik Anda, saya mauambil keripik singkong dulu. (Fauzi Rachmanto)
http://fauzirachmanto.blogspot.com/
1 komentar:
Berarti saya sama dengan artikel ini! karena sudah banyak ide bisnis tapi satupun belum saya jalankan! Tapi mudah2an tahun ini harus jalan!
Posting Komentar