Ibarat bermain ular tangga, kali ini saya mengalami "Oops..." yakni bisnis selimut Jepang yang sudah berjalan hampir tiga tahun, yang bulan demi bulan nyaris selalu mendapatkan tangga, dan bisa tertawa-tawa kali ini mendapat buntut ular, yang memaksa saya harus tetep tertawa ..lha wong namanya saja permainan.
Saya sering mengibaratkan perjalanan dalam dunia bisnis ini ibarat seperti anak-anak yang bermain-main, jadi pada saat seperti yang kita alami saat ini bener-bener datang, yakni masa-masa kita mengalami sedikit tergelincir, kita tetep bisa tertawa, menertawakan diri sendiri seperti kita menertawakan anak-anak kita yang kesal karena main ular tangga...
Episode perjalanan bisnis saya, di tahun ke-2 setelah resign ini mendapatkan pembelajaran yang menarik, yakni manakala partner bisnis saya, satu-satunya suplier produk selimut Jepang tiba-tiba stag berhenti berproduksi karena sang ownernya tersandung kasus seperti yang saya tuliskan di tulisan saya sebeumnya (Baca : tulisan yang berjudul "Apa Yang Terjadi Pada Samurai San" )
Yang menarik adalah, hal itu terjadi manakala bisnis kami berada pada posisi yang bener-bener sesuai dengan target-target yang kami tetapkan, yang oleh team kami disebut sebagai target "Irrasional" karena saya menetapkan target pertumbuhan yang sangat funtastic dari bulan ke bulan, dan atas ijin Allah itu bener-bener tercapai, hanya saja oleh Allah juga-lah saat ini saya harus menjalani ujian, yang bernama "ujian sabar"..
Ada sebuah email menarik ditujukan kepada saya :
Pak Hadi, saya sendiri sedang memulai usaha. Saat-saat ini terasa "ongkos belajar"-nya masih sangat besar. Masih banyak "oooops" yang harus dihadapi. Cuma memang saya merasa semua ongkos belajar dan oopss itu sepadan dengan pelajaran yang bakal kita ambil.
Pak Hadi, saya hanya ingin mendapat pencerahan dari pengalaman Bapak.
Apa yang bapak rasakan ketika terjadi kejadian ini (suplier selimut jepang sama sekali tidak bisa diperkirakan kapan akan produksi lagi)..?
Bagaimana bapak menyikapi masalah ini supaya usaha bisa terus dilanjutkan ?
Terakhir, jujur, saya ingin tahu apakah ketika dalam kondisi sulit seperti ini, kawan-kawan seperti TDA (tangan di atas) ada gunanya dalam arti membantu kesulitan kita ?
Email ini sangat menarik saya, karena ini pertanyaan yang sangat jujur dan saya juga merasa harus menjawab dengan jujur perasaan yang saya sedang rasakan ketia membalas email ini. Jawaba saya adalah :
Mas Fulan yang baik, Perasaan saya sangat tidak enak dan sempat shock beberapa saat.
Ketika kita main istana pasir di pantai, begitu istananya sudah terbangun bagus dan besar, tiba-tiba ada ombak menghandurkannya , maka ada sedikit rasa kecewa, padahal kita tahu bahwa kalau main dipinggir pantai ya memang seperti itu, apalagi kalau yang dibangun bisnis yang sudah jalan..tentu saja timbul kekecewaan yang besar...tapi saya berpikir dibalik ini pasti ada agenda tersembunyi dari Allah, agar saya makin kuat dan naik kelas, dan ternyata kata-kata inilah yang paling mujarab mengobati kekecewaan saya...
Dan ada suplemen-suplemen yang harus kita minum juga, yakni silaturahim.
Alhamdulillah saya mmeiliki banyak sekali kawan-kawan yang memiliki paradigma yang sama, bahkan kami membentuk komunitas, seperti TDA (Tangan Di Atas) misalnya, dan ternyata apa yang saya alami banyak juga dialami oleh kawan-kawan..dan inilah manfaatnya, apa yang kita alami sekarang kadang dialami juga oleh kawan-kawan yang lain pada masa lalu, atau sebaliknya....disinilah manfaatnya komunitas-komunitas itu...
Saat perasaan kita sedang sempit, maka keluarlah dari kesendirian, dan lihatlah di sekeliling kita, ternyata banyak orang2 yang jauh lebih susah dibanding kita, maka rasa sedih dan sempit itu Insya Allah akan berubah menjadi rasa syukur yang mendalam, karena apa yang ada pada kita saat ini, diluar sana tidak dimiliki orang lain....
Pernah malam-malam ketika sedang berjalan-jalan bersama anak-anak di kampung yang sangat dingin, saya melihat seorang Ibu seumuran istri saya sedang mengumpulkan sampah makanan dari tempat sampah yang ada di dekat warung makanan. Kalau di Jakarta biasanya orang mengorek sampah untuk mencari kardus atau plastik, tapi sang Ibu ini jelas-jelas mengumpulkan makanan sisa dari kardus-kardus...
"Buat makanan ikan kali ya...?" kata saya..
"Kalau buat makanan ikan, artinya sang Ibu punya kolam ikan, kalau orang punya kolam ikan enggak mungkin lah malam-malam dingin begini mau mencari sampah..." kata istri saya...
Subhanallah....
Di lain waktu, saat menjelang magrib saya menyaksikan ada pengemis yang pulang dituntun anaknya yang terlihat capek sekali...dan ketika kepadanya kita sodorkan nasi goreng yang baru saja kita beli, karena kita belinya kebanyakan dan akhirnya sebagian di bungkus, subhanallah...mereka berdua terlihat sangat gembira, dan segera duduk di pinggir jalan melahap apa yang kita berikan...
"Jangan biarkan kesempitan menghimpitmu, pergilah keluar dan nikmatilah kesendirianmu diluar sana bersama orang-orang lain, dan kamu akan melihat siapa yang seharusnya lebih sedih..." kata Ibu saya...
Alhamdulillah ya Allah...ternyata yang menakutkan hanyalah ketakutan itu sendiri...
Yang kita cemaskan adalah sesuatu yang belum terjadi...hanya saja karena kita suka berlebihan, kadangkala ketakutan dan kecemasan itu seakan-akan sudah bener-bener terjadi saat ini...
Semoga anda terinpsirasi dengan tulisan ini....dan buat anda yang saat ini mengalami "Oops" juga seperti saya, santai saja..kirimkan email curhat anda kepada saya nanti saya akan senang menjadi kawan ngobrol anda...Insya Allah..
Salam Hangat
Hadi Kuntoro
www.hadikuntoro.com
www.rajaselimut.com
Note :
- Saat ini kami sedang mendekati sebuah perusahaan yang membuat selimut ke Korea, semoga ada jalan untuk bisa kolaborasi ya..
- Saat ini kita juga sedang test pasar untuk produk baru kami, yakni Bantal Hasuko, test pasarnya kami lakukan offline di toko-toko kami di daerah..alhamdulillah responnya bagus, dan saat ini kami sedang memikirkan kemasan...
3 komentar:
Tetap semangat Pak Hadi :D
Kunjung!
Moga Sukses!
Ooops juga, wah jadi teringat permainan waktu kecil nih. Dan memang dalam bisnis kita juga mengalami demikian. naik tangga, maksudnya dapat untung. turun karena rugi.
Posting Komentar