Sang Samurai Akhirnya Masuk TV

Rabu 25 Maret 2009.

Kenapa orang Jepang bisa diterima di negara yang religius dimana saja..? Lihatlah orang Jepang bisa hidup berdampingan akrab dengan orang kristen, dan bisa akrab juga dengan orang-orang yang religius di Timur Tengah misalnya, ini salah satu diskusi yang menarik di sebuah rumah makan antara saya, Yasashi San (Sang Samurai) dan crew dari Trans TV, yang 2 hari berturut turut meliput saya dan Yasashi San untuk sebuah acara di televisi swasta itu.

“Anak bayi memiliki Tuhan sendiri, ketika kita mati ada tuhan sendiri, hewan-hewan, gunung, pohon dll semuanya ada tuhannya sendiri-sendiri” Yasashi san menerangkan dengan serius, jadi kami tidak berani tertawa...
“Kalau orang Islam Tuhan-nya satu, orang kristen Tuhan-nya juga satu misalnya, maka orang Jepang Tuhannya 8juta..!” Katanya Yasashi San sambil tertawa.

“Jadi, kalau saya ke Indonesia, dan harus belajar agama Islam atau agama Kristen misalnya, saya senang dan tidak masalah, karena saya bisa menghilangkan satu dari 8juta itu, dan menggantinya dengan yang satu itu, lengkap lagi 8 juta kan..?” 

Hahaha...apa bener begitu..? Apakah bercanda atau serius kami tidak tahu...tapi itulah percakapan segar yang terjadi disessi makan siang di sela-sela shooting...

Pentesan Mr. Imai senang sekali dan tertarik kalau kami bercerita tentang agama, bahkan kalau sedang bulan Ramadhan kadang beliau sering ikut-ikutan puasa, meskipun enggak kuat pada akhirnya..."Wah saya tidak tahan haus" katanya...heheh

Seharian capek sekali shooting di pabrik, dan saya surprise sekali, ternyata Yasashi San berakting di depan kamera dengan sangat bagus, meskipun itu diakui untuk pertama kali selama hidupnya. (Setelah tayang nanti saya akan berusaha minta salinan rekamannya buat oleh-oleh beliau agar anak dan Istrinya bisa melihat di Jepang...)

Rabu pagi jam 09.00 saya diminta ke pabrik selimut, Yasashi San minta di jelaskan nanti pertanyaan apa saja yang akan disampaikan oleh crew Trans-TV kepada beliau. Saya menjelaskan apa-apa yang mereka minta, beliau mencatat dengan sangat detail, dan langsung bergerak cepat lagi ke kantor, dan tidak lama kemudian apa-apa yang dicatat tadi sudah dicetak rapi, lengkap dengan jawabannya..bukan main, take action-nya...cepet sekali ya..?

Saya surprise beliau pagi ini rapi sekali mengenakan baju batik.
“Yasashi San, tadi berangkat kerja pakai batik bersepeda kah..?” tanya saya..
“Tidak ya, tadi saya sedang malas pakai sepeda, pakai mobil “ katanya sambil tersenyum.

Meskipun seorang presdir yang klien-klien nya di seluruh dunia, namun kesederhanaan Yasashi San jarang ada yang menandinginya. Hampir setiap hari beliau berangkat kerja naik sepeda onthel melewati gang-gang sempit sejauh 6km dari tempat tinggalnya. Dan ini sudah dijalani bertahun-tahun. Amazing kan..?

“Orang Indonesia itu sangat-sangat baik. Mereka mau banyak belajar, dan mau mendengarkan. Pertama kali saya kesini, saya belum bisa bahasa Indonesia, setiap kali saya bicara di meeting,  mereka mendengarkan dengan seksama meski sedikit sekali tahu artinya. Dan mereka minta saya ngomong berulang-ulang, Sacho (Presdir) bicara apa ya..? dan mereka membahas apa yang saya sampaikan....” Katanya sambil mengenang awal-awal beliau di Indonesia.

“Kalaupun ada yang jahat, kebanyakan karena mereka lapar atau hidup tidak layak, pada dasarnya mereka baik, dan inilah salah satu yang membuat saya tidak memilih China, Thailand atau Vietnam untuk pabrik saya” katanya...

“Memang ketidakpaastian aturan disini sangat tinggi, banyak biaya-biaya siluman yang harus kami keluarkan, tapi kami memang sudah siap dengan resiko itu, saya yakin pada saatnya nanti semua akan berubah, dan saya senang bisa sedikit membantu dan menyaksikan perubahan itu di Indonesia, walaupun sedikit-sedikit” Kami termangu mendengar kata-kata orang asing yang begitu indah terdengar oleh kami.....

Memang Yasashi San ini tipikal orang Jepang “yang lain daripada yang lain”. Yang membuat beliau memilih dan bertahan di Indonesia hingga saat ini tidak semata-mata karena pertimbangan profit perusahaan saja, tapi karena ada pertimbangan yang lain, dan ini pernah saya dengar 2 tahun yang lalu ketika beliau berkata “Saya terlanjur Cinta dengan Indonesia” 
Baca Postingan saya yang berjudul “PERJUANGAN SANG MAESTRO SELIMUT JEPANG-IV

“Ada hal yang membuat anda sedih enggak tinggal di sini” tanya saya
“Ya..ada, karena keluarga saya jauh di Jepang sana. Anak saya dua masih SD, dan saya 2 bulan sekali pulang kampung, ini yang membuat saya sedih” jawabnya.
“Kenapa tidak diajak ke Indonesia saja, kan disini apa-apa murah Yasashi San...?” tanya salah seorang crew Trans-TV.

“Hehehe..benar, kalau dia mau tinggal dimana saja murah, tapi anak-anak kami perlu sekolah internasional, istri perlu teman yang sama-sama orang Jepang, dan itu hanya bisa didapatkan kalau saya mau tinggal di apartemen yang bagus di Pondok Indah jatuhnya biaya hidup disini jauh lebih mahal daripada di Jepang” katanya..

Setahun yang lalu saya pernah menulis, yang membuat beliau memutuskan keluarganya tinggal di Jepang adalah kerena biaya hidup tinggi, sedangkan perusahaan profitnya sedang drop banget, dan ceritanya saya tuliskan di postingan berjudul “PERJUANGAN SANG MAESTRO SELIMUT  JEPANG-III

“Istri tidak ada teman, saya pulangnya malam, setiap hari tidak ada aktivitas lama-lama istri bosan, akhirnya kami sepakat dia tinggal di Jepang saja, nanti kalau anak-anak sudah besar dan mandiri baru dia saya ajak tinggal di Indonesia” katanya...

Yang membuat saya semangat sekali  menjual selimut Jepang salah satunya adalah karena saya sangat terinspirasi dengan Yasashi San, yang sering saya juluki “Sang Samurai” ini.

Sosoknya yang tinggi besar, mirip dengan sosok kakak kandung saya yang tinggi besar dan pernah lama menetap di Jepang sana, sebagai mahasiswa S3 di Tokyo University (Tokyo Daigaku) yang lebih dikenal dengan “Todai”. Hingga saat ini kakak saya yang menjadi Dosen di IPB itupun masih sering bolak-balik sana-sini.

Gbr: Kakak saya tinggi besar seperi Yasashi San juga kan..?

Ngobrol dengan Yasashi San rasanya seperti ngobrol dengan kakak saya sendiri, kadang ada rasa kasihan karena keluarganya tinggal jauh disana, dan yang membuat saya salut Yasashi San ini tidak seperti temen-temen Jepang kebanyakan yang menghabiskan waktu akhir pekannya untuk happy-happy di Blok M misalnya, tapi sehari-hari kerja terus dari Senin sampai Sabtu pagi sampai malam, hari minggunya main golf atau jalan-jalan keluar kota...begitu saja.

“Dia mah Jepang alim” kata mantan sopirnya yang kebetulan juga menjadi sahabat akrab saya...

Semoga Anda Terinspirasi
Salam Hangat

Hadi Kuntoro

note :
  • Bagaimana Cara Pembuatan Selimut Jepang.
  • Siapa Sebenernya "Sang Samurai" Pemilik Pabrik Selimut Jepang
  • Seperti Apa Kehebatan Perjuangan "Sang Samurai" Di Indonesia
Saksikan "Sang Samurai & Rajaselimut Di Trans TV" kalau tidak ada halangan, Insya Allah akan di tayangkan Sabtu 4 April 2009, Jam 12.00 Siang dalam acara "Hidup Ini Indah"

Waktu penayangan masih tentative, mungkin bisa berubah-ubah, nantikan informasi yang upto date di blog ini.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

mohon waktu ditayangkan di TV, direcording pake handycam atau hape,terus ditaruh di youtube,biar kami yang tidak sempat menonton bisa klik di youtube atau blognya bapak.Jadi bisa setiap saat kita bisa meluangkan waktu untuk mengklik tayangan tersebut.Biasanya hari sabtu acara keluarga pak.
Salam sukses...

djati widodo mengatakan...

Pasti saya tunggu tayangannya. Semoga saya tidak lupa. Soalnya memang belakangan ini agak pikun.