Dan waktupun bergulir..
“Saya ingin agar karyawan-karyawan saya pintar dan nanti akan ikut mengubah nasib dan perjalanan hidup bangsa Indonesia, tapi karena “Cara Pikir” orang itu berbeda-beda, maka sampai saat ini belum ada yang bener-bener tertarik mengenai apa yang saya katakan.
Yasashi san tidak mengatakan orang Indonesia “bodoh” atau “malas” tapi lebih seneng mengucapkan “Cara Pikir berbeda-beda” (ini mungkin untuk memperhalus kata-katanya ya...hahaha).
Susah payahnya mengusung mesin-mesin buatan Jerman, buatan Austria, dan mesin-mesin karya Orang Jepang, yang dibawa dari Jepang ke Indonesia dilalui dengan semangat sebagaimana semangatnya Para Samurai ketika akan menghadapai musuh-musuh yang akan menjajah negaranya.
Awalnya sempat gamang juga..dan semakin melangkah jauh makin ruwet....rumitnya birokrasi dan berderetnya pungutan-pungutan dari gerbang pintu masuk Indonesia hingga di tempat ditancapkannya pondasi mesin...(pejabat, preman, pungutan lurah, Pungutan RW dsb...) bener-bener pos pengeluaran yang tidak diduga sebelumnya....
"Kadang untuk membantu orang-pun kita butuh pengorbanan dulu…" katanya..
Alhamdulillah tahun 2001an, usahanya akhirnya launching juga. Teman Jepang partner dia sebut saja namanya Hitori San, memiliki pabrik selimut yang Sangat jaya di Indonesia waktu itu, dan memproduksi jutaan selimut untuk konsumsi lokal, termasuk yang disuplai ke kampung-kampung dan dijual oleh Ibu saya.
Alhamdulillah tahun 2001an, usahanya akhirnya launching juga. Teman Jepang partner dia sebut saja namanya Hitori San, memiliki pabrik selimut yang Sangat jaya di Indonesia waktu itu, dan memproduksi jutaan selimut untuk konsumsi lokal, termasuk yang disuplai ke kampung-kampung dan dijual oleh Ibu saya.
Perusahaan Hitori San ini memulai usaha sejak tahun 70an karena melihat ceruk pasar yang sangat bagus di Indonesia , yakni selimut-selimut kwalitas menengah kebawah.
Di area pabrik milik Hitori san yang sekitar 6-10 Hektar-an ini, lokasi pabrik Yasashi san berada, Sang Samurai diberi lahan dipojok dengan arena total sekitar 1 Hektar.
Dan semenjak itu selimut perusahaan milik Hitori san makin berjaya baik di dalam maupun luar negeri karena bisa membuat selimut baik yang kwaliatas bawah maupun kwalitas atas bahkan export atas dukungan Yasashi San.
Dan semenjak itu selimut perusahaan milik Hitori san makin berjaya baik di dalam maupun luar negeri karena bisa membuat selimut baik yang kwaliatas bawah maupun kwalitas atas bahkan export atas dukungan Yasashi San.
Khusus untuk pasaran lokal hanya diberikan selimut kwalitas bawah saja, karena di benak mereka untuk menjual selimut produksi Yasashi San sangat susah karena mahal , dan itu pernah dicoba oleh team-team marketing yang ternyata memang benar….dan ini menjadi catatan, karena mereka hanya bergerak di pasar2 tradisional….
Di Jepang sono perusahaan selimut keluarga milik Yasashi San produknya sudah merambah ke semua benua, sehingga untuk memasarkan selimut yang dibuat di Indonesia ini, meski pakai merk dagang milik Hitori san, tidak mengalami kendala yang berarti. Kalau ada masalah pemasaran di negara lain, tinggal kontak perusahaan induknya di Jepang beres deh….
1-2 tahun perjalanan bisnisnya sangat bagus, tenaga kerja dan bahan baku yang murah di Indonesia membuat profit perusahaan cukup besar, karena itulah anak dan Istri Yasashi San pun diajak ke Indonesia, tinggal di tempat apartemen yang elit di Pondk Indah, anak-anak di boyong ke Indonesia dan bersekolah di International school yang bergengsi, bayarannya sangat mahal, termasuk bagi orang Jepang, harga itu sangat tinggi, tapi tidak apa-apa karena bisnis disini enak...katanya....
Di Jepang sono perusahaan selimut keluarga milik Yasashi San produknya sudah merambah ke semua benua, sehingga untuk memasarkan selimut yang dibuat di Indonesia ini, meski pakai merk dagang milik Hitori san, tidak mengalami kendala yang berarti. Kalau ada masalah pemasaran di negara lain, tinggal kontak perusahaan induknya di Jepang beres deh….
1-2 tahun perjalanan bisnisnya sangat bagus, tenaga kerja dan bahan baku yang murah di Indonesia membuat profit perusahaan cukup besar, karena itulah anak dan Istri Yasashi San pun diajak ke Indonesia, tinggal di tempat apartemen yang elit di Pondk Indah, anak-anak di boyong ke Indonesia dan bersekolah di International school yang bergengsi, bayarannya sangat mahal, termasuk bagi orang Jepang, harga itu sangat tinggi, tapi tidak apa-apa karena bisnis disini enak...katanya....
“Karyawannya baik-baik, mau mendengarkan, jujur dan bersahabat…” katanya….
Dan inilah rupanya yang membuat Yasashi san dan keluarga betah di Indonesia.
Disela-sela kesibukannya, Samurai yang rendah hati ini belajar bahasa Indonesia dan sangat akrab dengan karyawan-karyawannya bahkan setelah cukup lancar berbahasa Indonesia beliau bahkan kadang tertarik untuk mempelajari Bahasa Jawa..!
Disela-sela kesibukannya, Samurai yang rendah hati ini belajar bahasa Indonesia dan sangat akrab dengan karyawan-karyawannya bahkan setelah cukup lancar berbahasa Indonesia beliau bahkan kadang tertarik untuk mempelajari Bahasa Jawa..!
Ini sangat hebat, karena orang-orang Jepang pada umumnya cukup sulit kemauannya untuk mempelajari bahasa asing.
Diantara para Jepang2 yang lain Dia adalah orang yang paling seneng ngobrol dari hati ke hati dengan karyawan yang sekitar 98% adalah hanya lulusan SLTA+SLTP.
Diantara para Jepang2 yang lain Dia adalah orang yang paling seneng ngobrol dari hati ke hati dengan karyawan yang sekitar 98% adalah hanya lulusan SLTA+SLTP.
“Saya ingin agar karyawan-karyawan saya pintar dan nanti akan ikut mengubah nasib dan perjalanan hidup bangsa Indonesia, tapi karena “Cara Pikir” orang itu berbeda-beda, maka sampai saat ini belum ada yang bener-bener tertarik mengenai apa yang saya katakan.
Yasashi san tidak mengatakan orang Indonesia “bodoh” atau “malas” tapi lebih seneng mengucapkan “Cara Pikir berbeda-beda” (ini mungkin untuk memperhalus kata-katanya ya...hahaha).
Padahal di Jepang sendiri sebenernya sudah jamak namanya bisa memarahi anak buah dan mengatakan goblok,bodoh, otak udang dsb…tapi beliau adalah bener-bener Samurai yang Priyayi…
Kira-kira di tiga tahun perjalanan bisnisnya, badai besarpun Datang..!!
Kira-kira di tiga tahun perjalanan bisnisnya, badai besarpun Datang..!!
Perusahaan milik Hitori San, temennya mengalami kesulitan keuangan yang kronis karena “something wrong” terjadi di perusahaannya. Mungkin karean imbas krisis moneter juga...
Berpartner dengan teman senegara adalah hal yang ideal tapi nampaknya kali ini asumsi itu sedikit meleset. Ibarat pohon perdu yang menempel di pohon lain, alih-alih “simbiosis mutualisme” yang didapatkan ternyata sebaliknya.
Berpartner dengan teman senegara adalah hal yang ideal tapi nampaknya kali ini asumsi itu sedikit meleset. Ibarat pohon perdu yang menempel di pohon lain, alih-alih “simbiosis mutualisme” yang didapatkan ternyata sebaliknya.
Dan menurut saya, bisa jadi semenjak awalpun Yasashi tidak sadar bahwa dia menumpang pada pohon yang terkena penyakit kronis dan mulai lapuk.
Singkat cerita perusahaan Hitori San akhirnya bangkrut habis, terpuruk sampai titik minus lengkap dengan piutang ke Bank, Pesangon Karyawan dan juga piutang ke Yasashi san yang nilainya sangat besar, bisa untuk beli berlusin-lusin mobil mercy…
Hitori San pun pulang ke negaranya, meninggalkan Yasashi san yang termangu kebingungan, karena tempat yang ditinggalkan oleh Hitori San dan sekaligus tempat usahanya berdiri juga ternyata diagunkan ke Bank di Jepang sono, sehingga kelangsungan usahanya Yasashi San di Indonesiapun terancam....
Singkat cerita perusahaan Hitori San akhirnya bangkrut habis, terpuruk sampai titik minus lengkap dengan piutang ke Bank, Pesangon Karyawan dan juga piutang ke Yasashi san yang nilainya sangat besar, bisa untuk beli berlusin-lusin mobil mercy…
Hitori San pun pulang ke negaranya, meninggalkan Yasashi san yang termangu kebingungan, karena tempat yang ditinggalkan oleh Hitori San dan sekaligus tempat usahanya berdiri juga ternyata diagunkan ke Bank di Jepang sono, sehingga kelangsungan usahanya Yasashi San di Indonesiapun terancam....
Ibarat tertimpa tangga berkali-kali, uangnya dibawa kabur, mesin-mesinnya mau disita Bank, ditambah lagi karyawan-karyawan dari Hitori San pun ikut-ikutan menimpakan kesalahan padanya dan berdemo menuntut agar pesangonnya dibayar..padahal Yasashi San tidak tahu apa-apa..? (kisah inisaya dengar dari kawan yang bekerja di perusahaan Yasashi San)
Daya tahan mental Samurai Muda ini sebenernya sangat hebat, tapi karena badai BESAR SEKALI laksana TSUNAMI menimpanya dengan sangat cepat dan bergulung-gulung...tak ayal lagi akhirnya terguncang juga Pertahanan Samurai ini.
Daya tahan mental Samurai Muda ini sebenernya sangat hebat, tapi karena badai BESAR SEKALI laksana TSUNAMI menimpanya dengan sangat cepat dan bergulung-gulung...tak ayal lagi akhirnya terguncang juga Pertahanan Samurai ini.
Cashflow perusahaan hanya digunakan untuk menutup hutang-hutan ke Bank saja agar mesin-mesin dan usahanya nggak disita, dan hidup di Indonesia bagi Yasashi San menjadi amat sulit rasanya.
Apakah Samurai muda ini akan menyerah begitu saja, dan pulang ke negeri asalnya sebagai seorang yang tetap kaya raya disana..?
Apakah Samurai muda ini akan menyerah begitu saja, dan pulang ke negeri asalnya sebagai seorang yang tetap kaya raya disana..?
Ikuti postingan berikutnya di..> Kisah Perjuangan Sang MAESTRO SELIMUT-IV
Semoga Anda terinspirasi dengan cerita ini...
Salam FUNtastic...
3 komentar:
Bagus Pak, walaupun baru sekali ke blognya, tapi saya dapat sesuatu untuk semangat ayah saya yang sekarang sedang down di usianya yang senja dalam berwiraswasta..
Pak yang jilid IV belum ditulis ya.... Lagi asyik bacanya nih...
Salam hangat selimut jepang
Choirul Asyhar
http://muslimart-dannis.blogspot.com
wah enak tenaaan pak...mengalir
Posting Komentar