Postingan sebalumnya “AKHIRNYA SANG SUFI TURUN GUNUNG-I”.
Ini adalah lanjutan dari postingan yang lama.
Karena keunikan yang ada pada diri temen saya ini, temen saya sering memanggilnya sebagai sufi, dan julukan ini melekat sejak dulu.
Sufi yang saya maksud disini adalah julukan terhadap kesederhanaannya diatas semua yang dimilikinya, yang sering membuat kami termangu dibuatnya.
Kesederhanan masih tetap melekat pada dirinya ketika awal Februari kami bertemu kembali dan ngobrol cukup lama setelah bertahun-tahun tidak bertemu.
Rumahnya ada di di suatu suatu kecamatan yang terpencil dan suhu rata-ratanya melebihi dinginnya puncak pass Cianjur malam hari.
Jarak rumahnya dengan rumah ibu saya dikampung sekitar 4 km, dan sangat mengejutkan ketika pagi2 jam 4.30 dia sudah datang membangunkanku.
Sepagi ini pakai apa dia datang..? Jalan kaki dari rumahnya kerumahku bener2 sulit saya bayangkan. Disamping gelap dan melewati jalan2 yang kadang hanya ladang2 dan perkebunan saja tanpa pemukiman, suhu dinginnya itu yang membuat saya kadang nggak tahan, dan jam 6 pagi saja seringkali masih sangat gelap karena kabut, dan pandangan mata kita tidak lebih dari 10 meter di saat kabut yang pekat datang. Air pagi hari begitu dingin dan tulang2 kadang terasa ngilu ketika menyentuh air untuk wudlu.
Memang dari rumahnya kerumahku jalannya sangat bagus untuk ukuran di daerah, tapi diatas jam 4 sore sampai jam 5 pagi sudah tidak ada kendaraan umum yang melewatinya.
“Sapi kamu kan sudah ratusan, omset toko sembakomu sudah puluhan juta, dan omset grosir rokok kamu sudah ratusan juta, kenapa motor saja kamu nggak punya..?” tanya saya, dan dia tersenyum dan berkata
“Disini saya nggak perlu seperti itu, dan itu malah menjadikan saya rileks, nggak perlu memikirkan apa yang saya nggak perlu dipikirkan, kalau saya pergi ketempat dekat kan ada ojek, dan kalau pergi jauh naik kendaraaan umum atau sewa mobil, nggak apa2 kan malah ngasih rejeki orang lain..? kalau pas lagi nggak ada uang jalan kaki saja atau cari tumpangan, sejauh ini saya belum pernah ada masalah berarti..”
“Masih ingat Haji Parno, yang kemarin peternakan kita kunjungi” dia meneruskan kata-katanya
“Peternakan sapinya dalam satu kandang saja ada 80an sapi, yang berat rata2 sapinya mendekati 1 ton, dan bisa pergi haji setiap tahun HANYA dengan menjual 1 ekor sapi saja, kemarin kita lihat dia nggak punya kendaraaan juga kan..?”
Pagi itu kata2nya membuatku tercenung.Betapa kami2 yang masih muda dan tinggal di kota kadang berlebihan. Kita merasa rendah diri, minder,kecil hati kalau orang lain melihat kita punya rumah tinggal yang jelek, apalagi ngontrak, nggak punya mobil atau nggak punya motor.
Aku ingat Pak Haji Ali yang menjadi rujukaan para member TDA, berdagang dengan omset sudah milyaran tapi kemana-mana tidak mempersalahkan kalau harus naik bis kota atau naik ojek, bahkan itu menjadi kebisaan menyenangkan yang menjadi rutinitasnya.
Ada banyak kesamaan yang saya lihat pada diri teman saya ini, pada diri Pak Haji Ali dan pengusaha Muslim yang sukses di desaku, yakni mereka begitu sederhana dalam keseharianya…dan terusterang saya saat ini saya malah jadi malu kalau pulang kampung kampung bawa mobil.
Untuk ukuran di kampungku, kalau punya mobil innova seperti yang saya miliki maka dipastikan yang si empunya sudah punya asset yang nilainya puluhan Milyar..!
Padahal mobil yang saya miliki hanya mobil fasilitas kantor yang nicilnya tiap bulan saja membuat saya kadang gelagepan.
Bisnis Handoko dalam hal peternakan sapi ternyata sudah bagikan pipa yang mengalir saat ini, dan hampir semua sendi dalam persapian dia telah kuasai. Dia beli sapi2 muda dari berbagai sumber, setelah itu dipasarkan kepada petani, dia menjadi penampung penjualan dari petani juga, selain itu dia juga menyediakan berbagai macam obat-obatan untuk sapi, memberikan konsultasi da pelatihan2 secara gratis, bahkan untuk pengobatan2 dia mengajarkan juga dengan gratis kepada para petani sehingga saat ini para petani itu ibarat orang2 yang ahli dalam per-sapian secara mandiri.
Mereka dengan senang hati akan menjual sapi2 hasil penggemukan kepada Handoko dan nanti membeli bibit bakalnya juga dari dia.
Selain penjual dan pembeli langsung kepada petani, Handoko juga menitipkan sapi2nya kepada para petani dan mereka yang membutuhkan sapi sementara keuangannya tipis sematara resource tanah atau pekarangan memungkinkan untuk memelihara sapi.
Proses menitipka sapi-pun ada tahapannya, misalkan sapi yang baru, dia akan titipkan kepada petani A, yang ahli membesarkan sapi dari usia 4 bulan sd.8 bulan misalnya, kemudian setelah diatas usia 8 bulan dia akan pindahkan sapinya ke petani B, yang ahli membesarkan hingga usai 1.5 tahun misalnya…dst..
Proses bagi hasil kepada petanipun dia lakukan lebih memihak kepada petani.
Misalnya dia beli sapi seharga 4 juta, dan dipeliharga petani 4 bulan, setelah empat bulan, oleh pedagang independen yang ahli sapi itu ditaksir misalnya harganya menjadi 8 juta, maka ada selisih harga 4 juta, dan kepada petani dia akan berikan bagi hasil 60% atau 2.4juta..! Kejujuran dan keterbukaannya inilah yang membuat petani senang.
Kalau orang2 lain ada yang menerapkan itungan misalnya, sapi yang dibeli 4 juta ini dititipkan ke petani dengan harga 5 juta, misalnya setelah 4 bulan ditaksir sendiri oleh pemilik sekitar 7 juta, ada selisih 2 juta, nanti bagi hasilnya 50-50 atau petani hanya dapat 1 juta..!
Dalam hal aturan agama dia benar tidak main-main, sangat kuat menggigitnya, ini saya buktikan 2 bulan yang lalu, ketika kita diskusi seputar rokok. Dia tertarik sekali kenapa saya berhenti merokok, dan apakah saya sudah pernah menemukan dasar pijakan bahwa merokok itu haram..?
Ternyata selama ini dia resah dengan grosir rokoknya, meski omset bulanannya ratuasn juta tapi rasanya ada yang tidak benar dengan bisnis rokok ini, apalagi ketika dia sering lihat betapa santainya anak2 SMP dan SMA yang bapak ibunya belum tentu mampu, melanggang pakai seragam dengan roko terjepit ditangannya… dia merasa berdosa…
Saya katakan “Buku yang bisa dijadikan dasar hukum saya belum punya, tapi saya pernah dapat postingan email dari seorang rekan yang menyampaikan hujjah seorang ulama dari mesir bahwa rokok itu diharamkan…Wallahu A’lam”
Sejak diskusi itu dia merasa gelisah dan tidak bisa tidur katanya, dan kira2 seminggu kemudian, yakni awal Februari tahun ini dia stop berhenti menjual rokok…meski untuk proses penutupan grosir ini sanga istri menangis sedih tapi itulah harga yang harus dibayar agar kita tenang tidak berjalan di tem[at yang menimbulkan keraguan. Subhanallah…bisnis di desa yang menumbang pendapatan bersih mungkin puluhan jutaan pun dia tutup..karena takut itu bener2 haram…nanti pasti akan digantikan oleh Allah, dan saya nggak pernah menyesal, katanya mantap.
Dan untuk meredam kegelisahan dan kegalauan istrinya karena kesibukannya di grosir rokok di tutup, setelah diskusi dengan saya panjang lebar tentang TDA dia langsung take action. Dia tertarik dalam bisnis sepatu secara grosir...
Pada suatu pagi hari Jum’at 1.5 bulan lalu dia tiba2 muncul dirumahku, bersama istrinya.
Dia akan jalan 1 minggu di Bogor dan Tasikmalaya dan akan membuka grosir sepatu di kampung istrinya di PURBALINGGA, Jawa Tengah.
Saya cukup kaget dan terperangah kok secepat itu..tapi saya sangat yakin kepada temenku ini, karena selama ini terbukti dialah yang dikejar-kejar uang bukan sebaliknya…apa yang dipegang jarang sekali ada yang luput, mungkin karena ke-zuhud-annya.
Dan feeling saya terbukti benar..!
Kini setelah dibuka sekitar sebulan, ternyata grosir sepatunya itu melesat, dan melebihi perkiraan saya.
Temen saya ini sekarang dalam waktu hanya 3 bulan, ternyata sudah memiliki 3 toko milik sendiri untuk grosir sepatu, tambahannya lagi yakni di Kroya dan Banjarnegara, semua ada di jawa tengah.
Hampir setiap hari omset dari toko2nya selalu di laporkan kepada kami, dan dari toko di Purbalingga saja asset dia harian sudah melebihi 2 juta rupiah!! Margin yang diambil sekitar 40%..! untuk ukuran di kampung yang biaya hidup tidak lebih dari 15ribu sehari angka ini sungguh sangat fantastic..!!
Bertemunya kembali saya dengan Handoko inipun mengawali bisnis saya yang Insya Allah sedang menuju kearah yang lebih baik.
Saat ini kami sedang mempersiapkan kerjasama yang lebih besar dengan produsen yang menjadi TOP LEADER sekaligus INSPIRATOR untuk produk-produk kerudung di Indonesia saat ini, yang pemasarannya sudah tersebar ke seluruh kabupaten di Indonesia melalui agen-agen, dan bahkan sudah mmulai membuka keagenan beberapa negara seperti Malaysia,Singapura,Brunei,Hongkong dsb.
Bentuk kerjasama ini agar kami bisa dijadikan sebagai DISTRIBUTOR UTAMA dan mensuplai ke semua agen-agen ini di propinsi JAWA TENGAH dan DIY. Ini bener2 bener merupakan “Luck Factor” sekaligus pembuktian apa yang kita lihat di film “The Secret”, karena menjadi partner dan bekerjasama dengan yang sudah besar adalah dream-dream kami.
Anda akan cepat menjadi hebat kalau bergaul dengan orang yang sudah hebat…itu adalah postulat utama yang saya pegang dalam bisnis kami…karenanya Insya Allah kami tidak akan berhenti untuk hunting dan menjaring serta bekerjasama dengan yang terbaik.
Produk kerudung yang kami maksud adalah kerudung atau jilbab RABBANI.
Untuk bisa menjadi MARKAS atau BRANCH produk Rabbani yang menguasai area jawa tengah dan DIY bukanlah hal yang mudah bagi kami, karena untuk itu memakan investasi dana yang nilainya menurut kami besar.
Alhamdulillah temen saya Handoko inilah salah satu yang bisa memberikan solusi buat kami. Setelah saya ceritakan gambaran2 bisnis dan mimpi2 kami ke depan, temen saya ini sangat mendukung dan siap membantu.
Agar hubungan kami sebagai sahabat tetap baik, dia tidak ingin diantara kita ada masalah yang ada sangkutannya dengan uang, atau utang-piutang, makanya bantuan yang bisa dia berikan adalah dia bisa menjadi referensi apabila kita mau pinjam uang di Bank, atau per-orangan, karena temen saya ini kondite-nya cukup bagus sehingga bank-bank atau temen2 dia yang cukup kaya mau meminjamkan berapapun yang dia inginkan.
Itu sudah menjadikan kami cukup lega, karena bisa menjadi alternatif pendanaan, dan kita sebenernya masih menunggu adanya “Luck Factor” yang lain sebagai sumber pendanaan.
Kepada pembaca, saya mohon doa restu…agar project besar yakni menjadikan tempat kami sebagai MARKAS RABBANI untuk area Jawa Tengah bisa dikabulkan oleh Allah, karena kalau ini berhasil maka berarti kami memasuki jenjang bisnis yang lebih tinggi lagi. Dan ini akan menjadikan anda semakin terinspirasi bahwa “BISNIS” itu tidak sesulit yang kita bayangkan….
Ini Foto tanggal 17 Januari 2007 ketika ada FIT&PROPER test dari Rabbani Bandung, untuk melihat layak atau tidaknya tempat kami menjadi Basis Rabbani untuk area Jateng dan DIY. Acara dipimpin langsung oleh manager marketing Rabbani, Bp.Sukris (Tanda Biru) yang bertanda merah adalah Yoyok dan Istri (Team kami yang bergerak di Kampung) dan yang bertanda Hijau adalah Handoko & Istri.Lainnya adalah team dari Rabbani Bandung
Salam FUNtastic…
Hadi Kuntoro
Tidak ada komentar:
Posting Komentar